Today I scraped a corpse off the blacktop of our driveway. Doing so, I was reminded of an incident my mother told me.
She was born in the city of Troy in 1905, and spent the early years of her childhood there. Those years were the beginnings of automated traffic in the city, and fear of its danger was in the air. The story my mother heard was that of a little boy who ventured into the street and was run over by a truck. A big, heavy truck, which flattened the child so that his lifeless little body had to be scraped from the road with a shovel.
Today the victim was a toad and the scraping implement a garden trowel. But, nonetheless...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Sambungan dari bagian 02
Tidak lama kemudian, terasa tangan Eni menekan pantatku pelan-pelan dan kembali kutekan penisku sehingga sekarang sudah masuk semua dengan tanpa ada keluhan dari Eni. "Eenn..., masih sakiitt..?", Tanyaku dan Eni hanya menggelengkan kepalanya pelan. Karena Eni sudah tidak merasakan kesakitan lagi, segera saja aku mulai menggerakkan penisku pelan-pelan keluar masuk vaginanya, sedangkan Eni hanya mengelus-eluskan tangannya di punggungku.
Makin lama gerakan penisku kupercepat dan Eni mulai ikut menggerakkan pinggulnya sambil bersuara, "aahh..., sshh..., aahh..., aahh..., sshh..., teruus..., Paak". Aku tidak menuruti permintaannya dan segera kuhentikan gerakan penisku dan kucabut keluar dari vaginanya dan Eni kelihatannya memprotes kelakuanku, "Paak..., kenapaa..". Aku tidak menjawab protesnya tetapi kubilang, "Eenn..., coba sekarang Eni berbalik dan nungging". Eni menuruti permintaanku tanpa protes dan setelah kuatur kakinya, secara pelan-pelan kutusukkan penisku ke dalam vaginanya dari belakang dan kutekan agak kuat sehingga membuat Eni berteriak kecil, "aahh..", dan segera kugerakkan penisku keluar masuk vaginanya dan Eni bersuara, "aahh..., oohh..., aah..., ooh..., aahh", seirama dengan kocokan penisku keluar masuk.
Baca selengkapnya »
Post a Comment